Saturday, April 3, 2010

SJAMSUL NURSALIM

Nama :
SJAMSUL NURSALIM

Lahir :
1942

Pendidikan :
Pernah belajar di Inggris


Karir :
- Dirut PT Gajah Tunggal
- Direksi Perusahaan cat Kansai
- Komisaris Utama PT Daya Indonesia
- Pemilik perkantoran Tuan Sing Tower, Robinson Road
- Dirut Bank Dagang Nasional Indonesia (sejak 1980)


Alamat Kantor :
PT Bank Dagang Nasional Indonesia Jalan Kalibesar Timur 27, Jakarta Barat Telp: 677322
Tadinya, di kalangan bankir di Jakarta, Sjamsul Nursalim alias Liem Tjoen Ho lebih dikenal sebagai industriwan. Tetapi, 1980, ia ''menyelamatkan'' Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), mengambil alih kepemimpinan Direktur Utama Paulus Wibowo -- yang menumpuk utang sekitar US$ 30 juta, sehingga banyak nasabah menarik diri.

Ada yang menduga, untuk ''penyelamatan'' BDNI itu ia mendapat dukungan sebuah bank Prancis, Societe Generale cabang Singapura. Rupanya, sudah terjalin hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan antara bank tersebut dan Sjamsul, yang menjadi nasabah Societe Generale. Dari bank ini, konon, Sjamsul berhasil menarik pinjaman US$ 15 juta, yang diperkirakan digunakan untuk menutup sebagian utang BDNI kepada bank-bank luar negeri. ''Ini tidak betul,'' kata Sjamsul Nursalim, menanggapi dugaan-dugaan tadi.

Tetapi dari mana pun pinjaman itu berasal, saat ia duduk sebagai Direktur Utama BDNI, ia menyetor 50% (Rp 1,5 milyar) -- separuh dari modal BDNI setelah ditingkatkan. Sisanya yang 50% masih dimiliki PT Nusantour Duta Development Corporation dan Djaya Development Corporation, keduanya milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sebagai industriwan, Sjamsul menjadi Direktur Utama PT Gajah Tunggal, pabrik ban merk Gajah dan Inoue. Pada 1984, ia sedang merintis usaha patungan untuk menghasilkan ban merk Yokohama. Ia juga duduk sebagai anggota direksi perusahaan cat Kansai, yang bekerja sama dengan Jepang, sambil mengusahakan pabrik tapioka di Lampung.

Bagi Sjamsul sendiri, walaupun pernah belajar di Inggris, memimpin bank devisa seperti BDNI suatu prestasi tersendiri. Bank ini dijuluki ''bank republikein'', karena didirikan oleh para pengusaha pejuang di Medan pada 1945 -- yang kemudian lekat pula dengan nama Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sultan, jauh sebelum menjadi Wakil Presiden RI, membeli sebagian besar dari 2.000 sahamnya. Di BDNI, Sri Sultan masih dianggap sebagai 'pahlawan' dalam sejarah berdirinya BDNI, dan tetap duduk sebagai komisaris utama kehormatan.

No comments:

Post a Comment